Thursday, May 14, 2009

Kakak Perempuan Musa

Keluaran 2: 1-10


Ingat siapa nama kakak perempuan Musa? Miriam? Marta? Nana? Nabot?

Sudahlah, kalau tidak ingat atau tidak tahu namanya mungkin lebih baik, karena di Alkitab memang tidak dicatat siapa namanyaJ Tapi sesungguhnya, nama boleh tidak dicatat, tapi jasanya sangat vital buat nasib Musa dan tentu saja berarti juga berdampak bagi bangsa Israel.

Musa lahir disaat raja Firaun gelisah dengan ledakan populasi orang Israel di tanah Mesir. Firaun takut bahwa bangsanya sendiri akan dikalahkan oleh orang-orang Israel yang notabene hanya menumpang di tanah Mesir. Firaun berusaha mengontrol populasi lewat kerja paksa: orang-orang Israel dijadikan budak untuk membangun kota Piton dan Raamses bagi Firaun. Pikirnya, bangsa Israel bisa berkurang jumlahnya karena dalam tekanan. Tapi rupanya sebaliknya yang terjadi. Bangsa Israel makin beranak-pinak!

Firaun pun putar otak, kali ini caranya adalah dengan infanticide – kali ini bukan female infanticide seperti banyak dilakukan di India, tetapi yang harus dibunuh adalah anak-anak laki-laki. Mungkin Firaun percaya bahwa anak laki-laki berbahaya, mereka bisa jadi tentara Israel yang kuat bila besar nanti. Tidak disangka, adalah seorang anak perempuan, kakak dari Musa yang baru lahir, yang ternyata melakukan sesuatu yang tidak diduga bagi bangsa Israel.

Saat ibunya putus asa tidak lagi bisa menyembunyikan Musa karena ia semakin besar, Musa kemudian dihanyutkan di sungai Nil karena memang inilah yang diperintahkan oleh Firaun. Melawan perintah raja tentu tidak mungkin, apalagi ibu Musa berasal dari keluarga Ibrani yang ditindas. Dia lalu membuat sebuah peti pandan, dilekatkannya dengan gala-gala dan ter sehingga bisa mengapung untuk sementara waktu. Musa pun diletakkanya disana. Musa kecil menangis, sementara kakaknya menyaksikan dengan turut bersedih hati. Kakak Musa tidak tega berpisah dengan adiknya yang baru tiga bulan.

Disaat ibunya keluar kemah untuk pergi ke tepi sungai Nil dengan membawa Musa kecil, ia pun ikut. Berdua mereka menahan tangis saat melepas Musa.

Bisa dipastikan ibu Musa sedih dan hancur hati harus membuang anaknya, sehingga sebelum Musa yang ditaruhnya dalam peti pandan itu hanyut tak terlihat ia sudah buru-buru pergi. Tetapi kakak Musa tinggal untuk melihat apa yang terjadi dengan adiknya. Apalagi ia ingat bahwa putri Firaun senang mandi di sungai Nil. Mungkin saja putri Firaun akan tergerak hatinya melihat Musa.

Ternyata penantiannya berhasil. Setelah mengikuti ‘perjalanan’ Musa beberapa saat, ia melihat putri Firaun dan dayang-dayangnya mandi. Berusaha menahan diri dan sambil terus berdoa, kakak Musa berharap putri Firaun segera melihat Musa. Dan benar, putri Firaun mendengar tangisan Musa dari peti itu! Ia pun memerintahkan dayang-dayangnya untuk mengambil Musa dari sana.

Sesaat, kakak Musa berpikir apa yang harus dilakukannya. Ia lega karena setidaknya putri Firaun punya belas kasihan dan terlihat jatuh hati kepada bayi Musa sehingga mau menyimpan anak ini. Ibunya pasti akan senang mendengar ini. Tapi tunggu, masih ada yang bisa dilakukan! Putri Firaun tentunya akan butuh inang untuk menyusui merawat Musa, mengapa tidak mencalonkan ibunya sendiri? Tapi ini berarti kakak Musa harus keluar dari persembunyiannya, memberanikan diri berhadapan dengan sang Puteri.

Demi Musa, sang Kakak memberanikan diri. Mungkin dia disambut tatapan dingin dayang-dayang putri Firaun. Mungkin ada yang mau mengusirnya – dari mana datangnya anak ini, mengganggu saat mandi sang Puteri? Tapi sebelum sempat diusir kakak Musa langsung menyampaikan tawarannya kepada Putri Firaun. “Akan kupanggilkankah inang penyusu dari perempuan ibrani untuk tuan puteri?” tanyanya. Putri Firaun berpikir, bangsa ibrani memanglah untuk dipekerjakan, dan dengan demikian ia langsung setuju.

Akhirnya, Musa pun bisa tetap disusui oleh ibunya. Ibunya bahkan bisa membesarkan Musa untuk beberapa lama sebelum Musa menjadi dewasa. Pasti disaat-saat inilah, Musa dididik dan diingatkan akan identitasnya sebagai orang Ibrani, walaupun ia mendapat keistimewaan diangkat oleh puteri Mesir. Pada akhirnya berbekal kesadaran identitas inilah Musa bangkit melawan Firaun untuk melepaskan bangsanya dari ketertindasan.

Jika Musa sejak kecil dirawat oleh putri Firaun… disusui oleh entah ibu siapa dari Mesir… besar di tengah gemerlapnya istana Mesir… mungkin dia tidak akan tahu atau peduli dengan pergolakan bangsanya. Tapi ada seorang kakak perempuan yang membuat perbedaan, walaupun ia tidak dicatat namanya.

Sunday, February 01, 2009

Iman yang Nyata

Catatan khotbah dari Pdt. Timotius Fu, February 1 2009

Keluaran 14:1-14
umat Israel keluar dari tanah Mesir, dikejar oleh Firaun dan pasukannya)

Kita tidak dapat membuktikan iman kita bukan di kondisi penuh bunga, indah, aman. Justru di saat penih krisis kehidupan barulah kita bisa membuktikannya. Contohnya umat Israel pada pembacaan Keluaran 14 ini. Mereka terdesak, di depan ada laut, di belakang ada Firaun. Saat itu mereka berkeluh kesah kepada Musa karena sedang dalam kesulitan besar. Mereka tidak percaya kepada Musa, juga tidak percaya kepada Allah.

Di tengah-tengah keputusasaan, untung masih ada Musa yang tetap bertahan dengan imannya. Pada akhirnya dengan cara yang ajaib, laut Teberau dibelah oleh Tuhan dan mereka menang. Di satu sisi ada tangan Tuhan yang menyertai, tapi di sisi lain keberhasilan ini dapat terjadi karena adanya iman.

Hidup kita pada dasarnya juga sedang menghadapi krisis. Depan kita mungkin tidak ada laut atau orang Mesir di belakang kita. Tapi tetap hidup kita sama tidak amannya, walaupun bentuknya berbeda. Dunia ini makin banyak memberikan air mata kepada kita.

Karena itu kita perlu belajar dari iman Musa. Dua hal penting yang perlu diingat adalah:

1. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang dihadapi umat Israel.
Pembacaan pada pasal ini dimulai dengan firman Tuhan, bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun supaya bangsa Mesir bisa melihat kemuliaan Tuhan (ayat 1). Musa yakin bahwa segala sesuatu yang dihadapi bangsa Israel adalah campur tangan Tuhan.

Pertanyaannnya, apakah Tuhan senang melihat umatNya menderita? Apa Dia berlaku seperti di film-film dimana penjahatnya tertawa terkekeh-kekeh melihat orang lain mengalami kesulitan?

Tidak.

Lalu kenapa Tuhan izinkan kesulitan? Karena Tuhan mau melatih iman kita, mau membentuk kita untuk suatu maksud yang lebih baik lagi.

Tuhan terlibat dalam segala sesuatu, tidak saja mengetahui sejarah perjalanan yang dialami oleh umat manusia, tapi dia tahu dan mengatur setiap detil yang terjadi.
Tuhanlah yang menjadi sutradara kehidupan kita. Tuhan memberikan banyak warna dalam kehidupan kita agar kita menjadi tangguh.

Contohnya adalah pengrajin keramik. Dalam membentuk keramik yang indah, tanah liatnya harus berulang kali dibentuk, bila belum sesuai dihancurkan lagi, dibekukan lagi... lalu kemudian dibakar à pembakarannya tidak terlalu tinggi suhunya sampai keramik itu pecah, atau terelalu rendah sampai keramik itu tidak jadi. Kemudian si pengrajin akan melukis diatasnya, memberi warna.

Sesungguhnya kehidupan kita juga sama. Tuhan merencanakan semuanya, Tuhan memoles kita supaya kita menjadi keramik yang mahal. Ada kalanya prosesnya indah, menyenangkan. Tapi ada kalanya juga terasa sakit, dan penuh dengan air mata. Tapi percayalah Tuhan tetap rencanakan semua untuk kebaikan kita.

Kapan penderitaan terasa begitu berat?

Penderitaan terasa berat bila kita tidak mengerti apa tujuan dari penderitaan tersebut. Kita jadi marah, kita jadi protes. Pendeta Timotius mengambil contoh dari kehidupan pribadinya. Dia bertanya, tidak tidur itu susah atau tidak susah? Jawabannya relatif. Suatu saat dia akan naik kereta membawa anak istrinya dari Yogya ke Malang. Di tiket tertulis kereta akan berangkat pada pukul 12, sehingga mereka pada pukul 11 sudah datang. Tapi ternyata menurut si penjaga stasiun, kereta biasanya datang pada pukul 2, walaupun di tiket tertulis pukul 12. Pendeta dan keluarganya terpaksa harus begadang menunggu kereta. Begitu lama waktu berlalu. Terasa begitu menderita. Karena mereka tidak mengerti tujuan dari kesulitan yang mereka alami, merasa tidak semestinya susah begitu. Berbeda dengan saat Pendeta dengan sukacita bergadang nonton bola, waktu tidak terasa lama dan menyiksa karena dia tahu untuk apa dia tidak tidur.

Karena itu, bila ada penderitaan datanglah lebih dekat kepada Tuhan, supaya kita dapat mengerti apa yang menjadi maksud dan tujuanNya mengijinkan kita mengalami kesulitan tersebut.

2. Iman Musa percaya, bahwa Tuhan pasti punya jalan keluar
Dalam film, yang berkuasa adalah sang sutradara. Kadang kita bertanya, kenapa Jet Li dalam film walaupun musuh sudah mengepung tetap bisa menang? Karena sutradara menentukan seperti itu.

Dalam alam semesta ini, siapakah yang jadi sutradaranya? Tentu Tuhan.
Musa percaya dan yakin kepada Tuhan.
Di ayat 13, dia berkata ”
janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikanNya hari ini kepadamu. Sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk k
kamu, dan kamu akan diam saja”.

Musa dengan imannya melihat hal-hal yang belum terjadi, termasuk kemenangan mereka. Dia percaya, Tuhan pasti akan berikan jalan keluar.

"orang Mesir yang kamu lihat ini tidak akan kamu lihat lagi." Kalimat ini sesungguhnya mengandung dua kemungkinan. Orang Mesir yang hancur sehingga mereka tidak akan terlihat lagi, atau orang Israel yang hancur sehingga mereka tidak akan melihat orang Mesir lagi karena mereka sudah bertemu Tuhan.

Musa tidak tahu jalan keluar seperti apa yang Tuhan miliki bagi mereka. Tapi percayalah bahwa dalam apa pun, Tuhan pasti punya jalan keluar yang terbaik. Terbaik tidak selalu sama dengan yang sesuai dengan keinginan kita.


Janganlah mencoba mengambil peran Tuhan sebagai sutradara dalam kehidupan kita. Jangan mengaturNya. Kita adalah aktor, memainkan peran yang Tuhan percayakan bagi kita. Dan dalam apa pun, ingatlah bahwa Tuhan pasti menyertai, Dia tidak pernah tinggalkan kita. Dia tahu semua detil kehidupan yang kita alami.

Dia mengerti, Dia peduli, persoalan yang kita hadapi.
Dia mengerti, Dia peduli, persoalan yang kita alami.
Namun satu yang Dia minta, agar kita percaya, sampai mujizat menjadi nyata.

He knows what He’s doing.

Monday, January 26, 2009

TRUST and OBEY

Yohanes 21:1-10
Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya di pantai danau Tiberias

Menunggu tanpa kepastian adalah hal yang begitu sulit untuk dilakukan. Simon Petrus dan murid-murid lainnya sedang menunggu: what next? Tuhan sudah bangkit, tapi lalu?

Simon mengambil inisiatif untuk menangkap ikan, kembali ke profesi lamanya, dari pada hanya menganggur saja (ayat 3). Murid-murid lain pun setuju dan ikut apa yang diinisiasikan Petrus.

Semalam berlalu, dan ternyata mereka tidak menangkap apa-apa. Walaupun mereka memiliki pengalaman sebagai penangkap ikan, tapi hari itu tidak ada hasil. Mereka sudah melempar jala ke mana-mana, tapi tidak ada ikannya.

Untungnya cerita tidak berakhir disana. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai, mengamati dan memahami apa yang dirasakan oleh murid-muridNya. Dia mengamati, dan tahu apa yang dialami mereka. Tuhan mau campur tangan, tapi murid-murid terlalu sibuk dengan aktifitas mereka sehingga tidak mengenalinya.

Yesus bertanya kepada mereka; ”apakah kamu memiliki lauk pauk?” (ayat 5). Ini bukan sindiran bagi para murid. Dia hanya ingin menarik perhatian murid-murid dari jala, perahu, ikan kepadaNya.

Kenapa topik yang diangkat Tuhan adalah lauk pauk? Ini karena Tuhan ingin menanyakan kejujuran mereka. Ini berkaitan dengan ego à apakah murid-murid mau mengakui bahwa mereka tidak punya apa-apa, gagal walaupun semalaman telah berusaha atau tidak. Dan akhirnya murid-murid pun mengakui bahwa mereka gagal, baik secara rohani (hubungan dengan Tuhan setelah Dia bangkit) maupun jasmani (soal lauk pauk).

Menariknya, baru pada saat murid-murid mengakui bahwa mereka tidak punya apa-apa barulah Tuhan yesus menolong. Ia memberi instruksi, ”tebarkanlah jalamu ke sebelah kanan perahu” (ayat 6). Tuhan tidak memberikan solusi yang spektakuler. Pertanyaannya, maukan taat kepada Tuhan walaupun solusinya tidak terlihat luar biasa?

Murid-murid tetap taat dengan solusi yang diberikan kepada mereka, walaupun pastilah mereka sudah mencoba berkali-kali, baik sisi kiri maupun kanan perahu. Mereka juga tidak mendebat, sebelah kanan Tuhan apa sebelah kanan kami? Kan sebelah kanan Tuhan sebelah kiri kami (karena berhadapan) J

Saat mereka menaati, Tuhan menolong. Ayat 6: mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Kita tidak bisa mengerti semua. Tapi bukan bagian kita untuk memahami segala sesuatu. Bagian kita adalah menaati.

Begitu mereka selesai, Tuhan sudah menyiapkan api di daratan (ayat 9). Tuhan tahu apa yang mereka perlukan.

Zaman ini kita begitu aktif. Sama seperti Petrus, kita tidak bisa duduk diam. Ada luka bathin dan rasa bersalah yang mendalam karena ia telah mengkhianati Yesus, jadi dia menutupinya dengan aktif kanan kiri.

Hal yang menarik lainnya adalah, Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri. Tapi kita seringkali tidak melihat Dia, karena kita terlalu sibuk mengejar berkat – bukan Sang Pemberi berkat itu sendiri.

Tuha bukannya tidak mau memberkati, tapi kita tidak siap menerimanya karena kita berfokus pada hal yang salah. Kita fokus di apa yang kurang saja.

Iman bukan sekedar percaya. Iman berarti mau mempercayakan diri kepada Tuhan. Mengakui terlebih dahulu, bahwa kita tidak bisa, kita tidak punya apa-apa, tapi kita percaya bahwa Tuhan akan menolong. Akuilah ini di hadapan Tuhan, duduk diam di hadapanNya, dan nantikan Dia bertindak.

(catatan khotbah dari Pdt. Roby Chandra, Maret 2008)

Tinggal Tenang dan Percaya

(catatan dari khotbah Robby Chandra, 29/03/08)

Yes. 30:15-16
Sebab beginilah firman Tuhan Allah, Yang Mahakudus, Allah Israel: “dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”
Tetapi kamu enggan, kamu berkata: ”bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat,”
Maka kamu akan lari dan lenyap.
Katamu pula: ”kami mau mengendarai kuda tangkats,”
Maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.

Ay. 18
Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kepada kasihNya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu.
Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!

Application:

  • Ssshhh.... Belajarlah untuk diam di hadapan Tuhan dan nikmati kehadiranNya. No need to explain, do not ask for anything for He knows! Just be still and know that He is God.
  • Percaya vs. Mempercayakan diri. Mempercayakan diri = menggantungkan diri, menyerahkan diri. Lebih dari sekedar knowledge (percaya). Contohnya, kita tahu Tuhan bisa membuat keajaiban-keajaiban dan menolong kita keluar dari situasi yang sulit. Tapi maukah kita mempercayakan diri kita kepada Tuhan untuk itu?
    Kita tidak bisa mengontrol segala sesuatu, karena itu percayakanlah segala sesuatunya kepada Tuhan. Apa yang bagian kita, kita kerjakan. Tapi percayakanlah bagian yang lainnya kepada Tuhan. Sesungguhnya ini akan membuat kita lebih kuat karena kita bisa menyerahkan bagian yang tidak bisa kita kontrol kepada Tuhan yang mengatur segala sesuatu. Inilah latihan iman yang sesungguhnya: percaya (bahwa Tuhan bisa) dan mau mempercayakan diri kita pada pertolonganNya.
  • Bagaimana cara mengetahui dan membedakan mana bagian kita dan mana bagian Tuhan? Untuk peka pada kehendakNya, kita perlu retreat pribadi secara teratur. Diam dan tenang di hadapan Tuhan. Dan beradalah di saat ini dengan Tuhan (bukan diikat masa lalu atau khawatir masa depan).