Sunday, February 01, 2009

Iman yang Nyata

Catatan khotbah dari Pdt. Timotius Fu, February 1 2009

Keluaran 14:1-14
umat Israel keluar dari tanah Mesir, dikejar oleh Firaun dan pasukannya)

Kita tidak dapat membuktikan iman kita bukan di kondisi penuh bunga, indah, aman. Justru di saat penih krisis kehidupan barulah kita bisa membuktikannya. Contohnya umat Israel pada pembacaan Keluaran 14 ini. Mereka terdesak, di depan ada laut, di belakang ada Firaun. Saat itu mereka berkeluh kesah kepada Musa karena sedang dalam kesulitan besar. Mereka tidak percaya kepada Musa, juga tidak percaya kepada Allah.

Di tengah-tengah keputusasaan, untung masih ada Musa yang tetap bertahan dengan imannya. Pada akhirnya dengan cara yang ajaib, laut Teberau dibelah oleh Tuhan dan mereka menang. Di satu sisi ada tangan Tuhan yang menyertai, tapi di sisi lain keberhasilan ini dapat terjadi karena adanya iman.

Hidup kita pada dasarnya juga sedang menghadapi krisis. Depan kita mungkin tidak ada laut atau orang Mesir di belakang kita. Tapi tetap hidup kita sama tidak amannya, walaupun bentuknya berbeda. Dunia ini makin banyak memberikan air mata kepada kita.

Karena itu kita perlu belajar dari iman Musa. Dua hal penting yang perlu diingat adalah:

1. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang dihadapi umat Israel.
Pembacaan pada pasal ini dimulai dengan firman Tuhan, bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun supaya bangsa Mesir bisa melihat kemuliaan Tuhan (ayat 1). Musa yakin bahwa segala sesuatu yang dihadapi bangsa Israel adalah campur tangan Tuhan.

Pertanyaannnya, apakah Tuhan senang melihat umatNya menderita? Apa Dia berlaku seperti di film-film dimana penjahatnya tertawa terkekeh-kekeh melihat orang lain mengalami kesulitan?

Tidak.

Lalu kenapa Tuhan izinkan kesulitan? Karena Tuhan mau melatih iman kita, mau membentuk kita untuk suatu maksud yang lebih baik lagi.

Tuhan terlibat dalam segala sesuatu, tidak saja mengetahui sejarah perjalanan yang dialami oleh umat manusia, tapi dia tahu dan mengatur setiap detil yang terjadi.
Tuhanlah yang menjadi sutradara kehidupan kita. Tuhan memberikan banyak warna dalam kehidupan kita agar kita menjadi tangguh.

Contohnya adalah pengrajin keramik. Dalam membentuk keramik yang indah, tanah liatnya harus berulang kali dibentuk, bila belum sesuai dihancurkan lagi, dibekukan lagi... lalu kemudian dibakar à pembakarannya tidak terlalu tinggi suhunya sampai keramik itu pecah, atau terelalu rendah sampai keramik itu tidak jadi. Kemudian si pengrajin akan melukis diatasnya, memberi warna.

Sesungguhnya kehidupan kita juga sama. Tuhan merencanakan semuanya, Tuhan memoles kita supaya kita menjadi keramik yang mahal. Ada kalanya prosesnya indah, menyenangkan. Tapi ada kalanya juga terasa sakit, dan penuh dengan air mata. Tapi percayalah Tuhan tetap rencanakan semua untuk kebaikan kita.

Kapan penderitaan terasa begitu berat?

Penderitaan terasa berat bila kita tidak mengerti apa tujuan dari penderitaan tersebut. Kita jadi marah, kita jadi protes. Pendeta Timotius mengambil contoh dari kehidupan pribadinya. Dia bertanya, tidak tidur itu susah atau tidak susah? Jawabannya relatif. Suatu saat dia akan naik kereta membawa anak istrinya dari Yogya ke Malang. Di tiket tertulis kereta akan berangkat pada pukul 12, sehingga mereka pada pukul 11 sudah datang. Tapi ternyata menurut si penjaga stasiun, kereta biasanya datang pada pukul 2, walaupun di tiket tertulis pukul 12. Pendeta dan keluarganya terpaksa harus begadang menunggu kereta. Begitu lama waktu berlalu. Terasa begitu menderita. Karena mereka tidak mengerti tujuan dari kesulitan yang mereka alami, merasa tidak semestinya susah begitu. Berbeda dengan saat Pendeta dengan sukacita bergadang nonton bola, waktu tidak terasa lama dan menyiksa karena dia tahu untuk apa dia tidak tidur.

Karena itu, bila ada penderitaan datanglah lebih dekat kepada Tuhan, supaya kita dapat mengerti apa yang menjadi maksud dan tujuanNya mengijinkan kita mengalami kesulitan tersebut.

2. Iman Musa percaya, bahwa Tuhan pasti punya jalan keluar
Dalam film, yang berkuasa adalah sang sutradara. Kadang kita bertanya, kenapa Jet Li dalam film walaupun musuh sudah mengepung tetap bisa menang? Karena sutradara menentukan seperti itu.

Dalam alam semesta ini, siapakah yang jadi sutradaranya? Tentu Tuhan.
Musa percaya dan yakin kepada Tuhan.
Di ayat 13, dia berkata ”
janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikanNya hari ini kepadamu. Sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk k
kamu, dan kamu akan diam saja”.

Musa dengan imannya melihat hal-hal yang belum terjadi, termasuk kemenangan mereka. Dia percaya, Tuhan pasti akan berikan jalan keluar.

"orang Mesir yang kamu lihat ini tidak akan kamu lihat lagi." Kalimat ini sesungguhnya mengandung dua kemungkinan. Orang Mesir yang hancur sehingga mereka tidak akan terlihat lagi, atau orang Israel yang hancur sehingga mereka tidak akan melihat orang Mesir lagi karena mereka sudah bertemu Tuhan.

Musa tidak tahu jalan keluar seperti apa yang Tuhan miliki bagi mereka. Tapi percayalah bahwa dalam apa pun, Tuhan pasti punya jalan keluar yang terbaik. Terbaik tidak selalu sama dengan yang sesuai dengan keinginan kita.


Janganlah mencoba mengambil peran Tuhan sebagai sutradara dalam kehidupan kita. Jangan mengaturNya. Kita adalah aktor, memainkan peran yang Tuhan percayakan bagi kita. Dan dalam apa pun, ingatlah bahwa Tuhan pasti menyertai, Dia tidak pernah tinggalkan kita. Dia tahu semua detil kehidupan yang kita alami.

Dia mengerti, Dia peduli, persoalan yang kita hadapi.
Dia mengerti, Dia peduli, persoalan yang kita alami.
Namun satu yang Dia minta, agar kita percaya, sampai mujizat menjadi nyata.

He knows what He’s doing.