Monday, January 14, 2008

Be Strong in the Lord and Be of Good Courage

July' devotion

Reading from Matthew 14: 22 – 36 (Jesus Walks on Water)

Ada satu lagi keajaiban yang dilakukan Tuhan Yesus, yang diceritakan di Matius 14: 22 – 36, yaitu Tuhan Yesus berjalan di atas air. Kisahnya pendek, tapi ada begitu banyak hal yang bisa dipelajari dari sini. Lewat kisah ini saya rindu mengajak kita belajar dari setidaknya tiga tokoh yang ada di kisah ini, yaitu murid-murid Tuhan, Petrus, dan Tuhan Yesus sendiri.

Yang pertama, mari kita memikirkan tentang kisah ini lewat perspektif dari murid-murid Yesus. Situasinya adalah, murid-murid Yesus itu baru saja bersama Tuhan Yesus memberi makan 5 ribu orang. Lalu di ayat 22 dicatat, Tuhan memerintahkan mereka untuk naik ke kapal. Di terjemahan bhs Inggris dikatakan, Jesus made the disciples get into the boat. Jadi disini saya melihat bahwa mungkin murid2nya sedang buat sesuatu yang lain, mungkin mereka lagi heboh membahas keajaiban yg baru terjadi yaitu 5 ribu orang bisa makan bermodalkan 5 roti dan 2 ikan, mungkin ada yang mau menyuruh 5 ribu orang ini pulang dulu atau apa, tapi somehow, Jesus made the disciples get into the boat whether they like it or not. Sudah begitu, cuaca juga lagi buruk, dicatat bahwa angin kencang bertiup, kapalnya goyang2, Tuhan Yesus gak ada lagi, wah semua murid takut. Disini juga dibilang bahwa setelah menyuruh orang banyak pulang, Tuhan Yesus pergi berdoa dulu, gak langsung nyusul murid2Nya naik kapal, pakai naik ke atas bukit pula, jadi ada saat yang lumayan lama dimana murid2 dibiarkan sendiri di tengah ombak yg ganas. Mereka khawatir, mereka takut, suasana tegang. Keadaan begitu terus sampai subuh, dan tiba2 tampak bayangan putih mengapung di atas air yang berjalan mendekat ke arah kapal mereka. They cried out in fear, begitu kata Alkitab. Sungguh2 ketakutan.

Kalau kita analisa, rasa takut itu muncul sebenarnya dari rasa tidak aman. Dan rasa tidak aman ini muncul karena rasa tidak percaya. Seperti yang dibagikan pak Kresna, semakin kita kenal dekat dengan seseorang, semakin low risk yg kita hadapi karena kita tau orang ini seperti apa, kalau dia perilakunya sesuai dengan yg kita harapkan, kita bisa percaya padanya.

Nah, kalau balik lagi ke soal murid2 Tuhan, dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya, mereka kurang mengenal Tuhan mereka. Di pasal2 sebelumnya diceritakan bagaimana murid2 ini menyaksikan keajaiban2 yang Tuhan buat. Tuhan sendiri juga sudah berulang kali mengingatkan agar murid2 jangan khawatir, di pasal 10 Tuhan bilang don’t be affraid, kamu jauh lebih berharga daripada burung. Jangan takut. Tapi begitu mereka sendiri yang mengalami masalah, mereka lupa tentang itu semua. Mereka bahkan tidak mengenali Tuhan Yesus, dipikirnya hanya hantu yang bisa jalan di atas air, lupa bahwa Tuhan bisa buat berbagai keajaiban. Murid2 kurang percaya, karena kurang mengenal Tuhan Yesus.

Yang kedua kita belajar dari Petrus. Petrus disini disorot secara khusus karena dia adalah seorang risk taker, dia berani mengajak bicara sosok di atas air yang semua orang lain pikir adalah hantu. Bahkan, dia berani menawarkan diri; ”Tuhan kalau itu Engkau, suruhlah aku untuk datang kepadaMu”, katanya. Saya bayangkan Petrus ini benar2 orang feeler banget yah, yg spontaneus begitu. Kalau thinker soalnya, dia akan berpikir2 dulu. Air itu kan tidak solid, jadi logikanya kalau diinjak tenggelam dong. Atau berpikir, kalau itu memang Tuhan amannya biar saja Tuhanlah yang ke sini gak perlu saya ke sana. Ini kelemahan thinker, terlalu banyak menghitung2 dengan logika, sehingga kalau disuruh percaya kadang susah, terlalu bersandar pada pikiran sendiri soalnya. Tapi Petrus tidak, dia tanpa berpikir susah2 langsung secara spontan merasa aman, oh kalau itu Tuhanku, aku pasti akan selamat. Dia berani ambil resiko karena dia punya iman.

Masalahnya adalah, imannya itu ternyata dangkal. Dengan mengikuti feelingnya dia sudah bisa jalan beberapa langkah, tapi di ayat 10 dibilang bahwa disaat dia merasakan tiupan angin, dia ketakutan, kehilangan imannya, dan mulai tenggelam. Petrus ternyata tidak jauh beda dengan murid2 yang lain. Awalnya punya iman, tapi begitu ada masalah (angin), dia sadar akan besarnya resiko dan jadi hilang percaya.

Nah, terakhir mari melihat kisah ini dari sisi Tuhan Yesus. Saat melihat murid2Nya takut, Dia berkata dalam terjemahan bahasa Inggris ayat 27: ”Be brave!! It is I, dont be afraid”. Jadilah berani, jangan takut! Kalimat ini sudah begitu sering Tuhan ucapkan. Ini bukan kali pertama Tuhan Yesus dan murid2 ada di situasi badai. Sebelumnya di pasal 8, waktu itu Tuhan sedang tidur dan kapal sedang dilanda badai. Menanggapi murid2 yang panik Tuhan berkata di ayat ke 26, ”your faith is so small! Why are you so afraid?” Tuhan terdengar gusar menghadapi murid2nya yang kurang percaya.

Teman2, Tuhan gak pernah minta kita untuk punya blind faith, alias main percaya aja tanpa ada dasar yang kuat. Kepada murid2nya Dia berkali2 mengeluarkan pernyataan yg encouraging; jangan khawatir, jangan takut. Selain di pasal 10 ada juga di pasal 6:30: rumput yang ada hari ini dan besok layu saja dipelihara. Apalagi kamu. Sekali lagi disitu Tuhan menegur kepada kita yg terlalu khawatir; “your faith is so small!”

Dia tidak saja berkata2. Lebih dari itu, Dia menunjukkan kuasanya lewat keajaiban2 yg gak bisa diolah pikiran, alias hanya iman saja yang bisa menjelaskan. Masalahnya, kita sering lupa tentang apa saja yang pernah kita lalui bersama Tuhan, pertolongan2 apa yang Tuhan pernah berikan saat kita sedang kesusahan. Sehingga begitu kita ada masalah, kita easily get discouraged. Seperti murid2Nya, kita lupa akan pertolongan2 Tuhan selama ini.

Mari kita lihat keajaiban2 yang pernah diperbuat Tuhan. Lewat keajaiban2 ini, bisa ditarik benang merah yaitu Tuhan mau menunjukkan bahwa yang terpenting adalah iman. Contohnya di pasal 8, Tuhan menyembuhkan orang yang sakit kusta. Orang kusta ini bilang, ”if you are willing (to heal me), You can do it”. jadi buat orang kusta ini, masalahnya bukan Tuhan Yesus bisa tidak nyembuhin saya. Orang kusta ini punya iman bahwa Tuhan bisa, yg jadi isu disini adalah Tuhan mau tidak? Dan ternyata karena melihat iman orang ini Tuhan menyembuhkan.

Masih di pasal 8, ada perwira yang memohon hambanya disembuhkan. Dia bilang, Tuhan gak usah repot2 datang, katakan saja sepatah kata dan dia pasti sembuh. Di situ dikatakan ’Jesus was amazed’, kagum dengan iman perwira ini. Tuhan bilang ’your faith is so strong’, dan karena itu keajaiban terjadi yaitu hamba perwira ini disembuhkan.

Pasal selanjutnya pasal 9, ada perempuan yang mengalami pendarahan. Dia beriman, asal bisa sentuh Tuhan saja, dia pasti sembuh. Dan melihat imannya Tuhan menyembuhkan dia, dan Tuhan bilang, “your faith has healed you”. Bukan kelebihannya, bukan kebaikannya, bukan pengetahuannya. Tapi yang menyembuhkan perempuan ini adalah imannya.

Buat Tuhan, iman itu adalah masalah yang sangat penting. Menanggapi orang buta yang minta disembuhkan, di pasal 9 Ayat 28 Tuhan bertanya: ’do you believe that I can do this?’ Tuhan kan bisa saja langsung menyembuhkan orang ini tanpa bertanya2. Jawaban orang ini tidak akan sedikitpun menambahkan atau mengurangi kemampuan Tuhan dalam menyembuhkan. Tapi Tuhan bertanya juga, karena Ia ingin mendengar pengakuan iman kita. Ngapain Ia melakukan keajaiban bila kitanya tidak percaya bahwa Ia sanggup. Dan selanjutnya, mendengar iman dari orang buta ini, di ayat 29 Tuhan berkata: ‘it will happen to you just as you believed’. Akan terjadi pada kita seperti apa yg kita percayai. It is in the state of mind.

Terakhir, yang saya pelajari adalah, Tuhan memang berjanji akan melindungi kita, tapi dia tidak pernah berjanji untuk meniadakan badai. Contohnya di pasal 14 ini. Tuhan kan tau bahwa Petrus akan ketakutan dengan angin yang besar. Dia juga mampu meniadakan angin itu agar Petrus dapat berjalan mendekatiNya dengan tenang. Tapi tidak, Dia tidak melakukannya. Dia membiarkan ada badai, ada angin kencang dalam kehidupan kita untuk melihat, kita punya iman gak bahwa dengan Tuhan kita akan mampu mengatasinya? Percaya gak bahwa Tuhan mampu menolong kita?

Perhatikan di bagian paling akhir dari pasal 13 dikatakan bahwa “Jesus did only a few miracles because they had no faith’. Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama, membatasi pekerjaan Tuhan lewat kita karena kita tidak percaya Dia sanggup. Kadang kita suka terlalu ragu, apa kita mampu. Dan respon yg keluar saat Tuhan memberi tugas adalah seperti respon dari Musa, kita bargaining dengan Tuhan, kita bilang bahwa kita gak pandai bicaralah, gak bisa ini dan gak bisa itu... semua itu karena kita terlalu meragukan diri kita sendiri. Tetapi ingat bahwa di saat kita terlalu meragukan diri kita, itu sama juga dengan kita meragukan Tuhan (Sang Pemberi Tugas). Seakan2 kita ragu bahwa Ia akan sanggup memperlengkapi kita. Balik lagi ke pasal 14, 31, disitu Tuhan bilang: ”your faith is so small. Why did you doubt me?” Tuhan bertanya, kenapa kamu meragukan Aku? Kebayang kalo Tuhan itu mengatakan ini dengan nada tersinggung.

Di pasal selanjutnya Tuhan masih bersabar, dengan terus melakukan mujizat2 yg hanya bisa dimengerti dengan iman (lihat pasal 15: 28, 16: 8 – 10). Dan di pasal 17 ayat 14 – 27 dituliskan ttg Tuhan mengusir setan, hal yang tidak dapat dilakukan murid2Nya karena their ’faith is much too small’ (ay. 20). Di kisah ini dituliskan bagaimana Tuhan mengeluarkan respon yang sangat keras kepada murid2Nya, katanya (ay. 17) ”you unbelieving and evil people. How long do I have to put up with you?” Jangan buat Tuhan jadi tidak sabar dengan ketidakpercayaan kita.

Psalm 91:14, Tuhan berkata “I will keep him safe, because he trusts in me”. Tuhan hanya akan bisa bebas melakukan perkara2 yang besar lewat kita, jika kita percaya. Do you believe that I can do this? Tuhan bertanya kepada kita.

No comments: