Monday, January 14, 2008

The Reason

Renungan Devosi, March 21 2007

Amsal 16

“Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing – masing.” (Amsal 16: 4a)

Di pesawat saya dan seorang teman saya terlibat percakapan tentang rencana-rencana kita ke depan, hal-hal yang kita ingin lakukan, cita-cita dan harapan kita. Dan akhirnya kita berdua menyimpulkan bahwa semakin kita bertambah dewasa, semakin banyak hal yang harus kita perbuat, semakin banyak tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita. Akibatnya, tidak bisa dihindari saat melihat ke depan sana ada rasa khawatir yang terselip. Apakah saya akan berhasil menjawab semua tantangan yang ada? Apakah saya bisa mencapai apa yang dicita-citakan saat ini? Bagaimana cara mencapainya? Dan mau ke arah mana hidup ini? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Kita berdua sependapat bahwa sejak kurang lebih ulang tahun ke dua puluh, tentu saja kita bersyukur ya diberi tambahan umur lagi. Tetapi ada juga respon-respon kekhawatiran seperti ini. Wah, umur sudah bertambah satu, semakin dewasa, semakin bertambah tanggung jawab. Waktu kecil kan kita secara penuh ditanggung orang tua kita. Saat ulang tahun yg ada dipikiran cuma tentang mo dapat kado apa, mo makan di mana, etc. Tetapi semakin kita bertambah umur, semakin ada rasa takut, kecemasan, dan semakin kita mempertanyakan, apa tujuan kita hidup di dunia ini?

Saya teringat satu Pengkhotbah di gereja saya pernah mengatakan bahwa, kita gak mungkin diciptakan Tuhan untuk hidup di dunia ini hanya untuk menuh-menuhin bumi. There’s got to be a certain reason. Dan tiap-tiap kita bertugas untuk memenuhi tujuan hidup tersebut sebelum kita menghadap Dia di surga. Nah, untuk bisa memenuhi tujuan hidup kita, jawabannya gak datang dari orang tua kita, teman, atau pun orang lain. Kenapa? Karena yang menciptakan kita itu Tuhan, jadi kalau mau tau tujuan hidup kita udah sepantasnyalah tanya ke Tuhan. Tuhan yang punya jawabannya. Seperti di ayat 4a ini dibilang: Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing. Garis bawahi kata segala sesuatu. Everything. Gunung manado tua ada disitu untuk tujuannya sendiri. Kenapa pulau Bunaken ada disitu dan bukan ada di Papua, misalnya? Itu ditentukan Tuhan untuk satu tujuan juga. Pohon diciptakan Tuhan juga ada tujuannya. Segala sesuatu. Dan itu termasuk kita juga. Jadi bisalah kita personalize ayat ini menjadi Tuhan menciptakan Lily, menciptakan Ibu Ike, menciptakan Donald, untuk tujuannya masing2.

Ok, sampai disini mungkin kita sudah sependapat. Tetapi uraian saya so far belum menjawab, apa tujuan hidup kita masing2? Kenapa Tuhan menciptakan kita? What on earth am I here for?

Pertanyaan2 ini ditanyakan dalam buku Purpose Driven Life, ditulis oleh Rick Warren. Saya mendapat berkat besar dari buku ini. Dari buku ini saya mengerti bahwa saya ada di bumi ini bukan karena kebetulan. I am who I am for a reason. Saya diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan saya untuk suatu alasan. Kenapa? Karena ‘segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia’ (Kolose 1 : 16).

Diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Kita ada di dunia ini bukan untuk menyenangkan orang lain saja, atau juga untuk menyenangkan diri kita sendiri dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Tapi, kita ada untuk menyenangkan Dia. Roma 11 : 36 ‘Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya’. Inilah alasan kenapa kita ada. Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk kemuliaanNya karena Tuhan sendiri adalah kemuliaan.

Ok, muncul lagi pertanyaan. Bagaimana hidup kita bisa membawa kemuliaan untuk Dia? Di buku ini Rick Warren menyebutkan beberapa cara, antara lain dengan menyembah Dia, dengan mengasihi orang lain, dengan bersaksi tentang Dia, dan dengan melayani orang lain dengan talenta kita.

Rick Warren menggambarkan bahwa hidup itu seperti tes. Kita senantiasa di tes Tuhan dalam segala sesuatu yang kita perbuat. Di Alkitab ada contoh orang-orang yang gagal dalam tes yg diberikan Tuhan, seperti Adam dan Hawa, Daud… tapi juga banyak contoh orang yg berhasil melewati pencobaan besar, seperti Daniel, Esther, Ruth…

Hidup ini adalah tes, cuman sementara. Aslinya kita ini disiapkan untuk kehidupan kekal. Tapi sayangnya dalam kehidupan kita sehari2 kita seringkali terlalu sibuk ini dan itu. Kita sibuk cari uang, ngumpulin duit… kita sibuk untuk memenuhi keinginan kita, yang seringkali cuman didasari oleh keinginan-keinginan konsumtif, bukan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan kita. Apa yg kita kejar adalah hal-hal yg cepat berlalu. Kita lupa, bahwa kita di dunia ini cuman sebentar. Seringkali inilah yang membuat kita hidup tanpa membawa kemuliaan untuk Tuhan.

Mari kita ingat Tuhan Yesus. Ia sendiri hidup di dunia hanya 33 tahun. Apakah hidupnya membawa kemuliaan bagi Allah? Tentu saja, karena saat di dunia Ia benar-benar melakukan apa yang Allah kehendaki utk Ia lakukan. Ia memenuhi tujuannya untuk ada di dunia, yaitu untuk mati menebus dosa-dosa kita.

Bagaimana dengan hidup kita, apa kita hanya mau sibuk utk mengejar hal-hal yg sifatnya sementara, atau kita mau hidup utk menyenangkan Tuhan?

Setiap tahun baru saya senang melihat kembang api. Setiap ada yang indah, saya selalu berdoa. Tuhan, hidup saya cepat berlalunya, seperti kembang api ini. Just in a blink of an eye, and it’s gone. Tetapi saya rindu, dalam saat yang sebentar itu, saya bisa mempersembahkan sesuatu yang terindah untuk Tuhan, agar bisa menerangi langit malam yg gelap – walau hanya untuk sesaat.

No comments: